Jumat, 16 Oktober 2009

Facebook dan Tarawih Online

0 komentar
Facebook tidak hanya membuat membernya kecanduan, tapi bisa membuat membernya meninggalkan ritual agama yang cukup sakral. Seperti tarawih dimana merupakan momentum sakral pada bulan puasa. Tapi tidak bagi dengan pecandu facebook. Atau mereka malah menawarkan tarawih online.

Sebenarnya sulit sekali untuk menghubungkan antara facebook dan tarawih. Dengan kemajuan zaman dan semakin merosotnya moral para penganut agama, semua bisa dihubung-hubungkan meski terkadang harus menghilangkan eksistensi dari salah satunya, terutama yang lebih fatal menghilangkan eksistensi sebuah ritual agama

Beberapa kali facebook menjadi mumuk perbincangan publik belangakan ini, seiring keranjingannya warga Negara Indonesia terhadap situs jaringan sosial ini. Pada bulan puasa sebelumnya orang-orang Indonesia tidak mengenal apa itu facebook, tapi tidak dengan tahun 2009 ini facebook telah masuk ke relung jiwa para membernya di Indonesia. Sehingga beberapa member lebih memilih aktifitas ber-facebook-ria dari pada mengerjakan pekerjaan yang lebih berarti.

Bagi sebagian kalangan, kehadiran facebook bisa memberi manfaat positif, lebih-lebih di bulan penuh berkah ini dimana dianjurkan untuk memperbanyak silaturrahmi sama sesama, agar bisa menghapus dosa-dosa yang diperbuat secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Alangkah baiknya jika digunakan seperti itu dan tetap tidak lupa pada kewajibannya sebagai umat beragama, bukan malah sebaliknya.

Seiring bergulirnya zaman, dan facebook sudah dikenal oleh banyak orang Indonesia. Facebook dan berlama-lama didepan monitor bukanlah hal yang tabu. Meski sekedar berkomentar yang tak penting dan chatting yang kurang bermanfaat. Buang-buang waktu itulah kata yang tepat.

Lalu bagaimana dengan Tarawih Online? Memulai dari sekedar saling memberi berkomentar dan ber-chatinnga-ria pas setalah menunaikan Ibadan buka puasa hingga saling berkirim pesan, saling sharing. Karena sudah keranjingan berlama-lama dengan facebook, waktu yang relatif singkat antara waktu Maghrib dan Isa’ atau sholat tarawih tanpa terasa hilang begitu saja. Maka, cukup banyak yang kecolongan sholat tarawihnya. Atau mungkin, memang sengaja meninggalkan sholat tarawih karena facebook.

Ketika pada bulan puasa sebelumnya (khususnya) para remaja lebih memilih masjid untuk sholat tarawih, pada bulan puasa sekarang mereka malah lebih memilih facebook. Maka sekarang, jadilah masjid mereka warnet sebagai tempat tarawih. Tempat dimana mereka bisa meng-explore semua pikiran nakalnya dalam bentuk URL. Tempat dimana mereka bisa melaksanakan tarawih online sendiri-sendiri dengan sekat penghalang antara satu “ma’mum” dengan “ma’mum” yang lainnya, tanpa harus dipandu seorang “Imam”, kerena memang mereka tidak membutuhkan “Imam dalam melaksanakan tarawih online ini.

Kebiasaan “tarawih online” secara perlahan menghancurkan kesehatan penggunanya karena cendrung mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan mereka saat ini.

Facebook tidak hanya sekedar media untuk sharing yang pada saat-saat tertentu dijadikan media untuk menjelek-jelekkan orang lain, tapi juga telah menggeregoti kesadaran para penggunanya untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Dari segi sosial sudah banyak korban facebook yang berjatuhan, maka kini mulailah facebook menjalar kebagian paling fital dalam kehidupan beragama.

Maka tidak terlalu berlebihan kiranya jika battsul masail yang ke XI oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri Se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiat, Lirboyo, Kediri, mengharamkan facebook. Tapi dengan diharamkannya facebook masyarakat Indonesia semakin lebih tertarik lagi untuk menjajal kecanggihan dan kelengkapan layanan yang diberikan facebook. Member dari Indonesia bertambah drastis. Semua ingin mempunya account facebook.

Kalau dalam keseharian tidak membicarakan facebook disela-sela kesibukannya, rasanya kurang lengkap. Ada yang kurang dalam dalam menjalani hidup jika tidak mempunya account facebook. Dalam pergaulan pun merasa termarjinalkan kalau tidak punya facebook.

Setelah mereka mempunyai account facebook lalu mereka tertarik lalu keranjingan lalu mengadaikan aktifitas penting mereka. Diakui atau tidak, facebook mempunyai dosis tinggi setara narkoba. Bangun tidur buka facebook, mau tidaur buru tutup facebook.

Bahkan facebooker berat menjalani puasanya pun terasa hambar kalau tidak membuka facebook. Bahkan, facebook dijadikan sebagai penyumbat rasa lapar ketika menjalani puasa. Kebebasan dalam bergaul dengan lawan jenis yang disajikan facebook terkadang menjadikan puasanya batal, karena sudah tidak terkontrol lagi.

Akhir kata, mari kita jadikan facebook lebih bermanfaat lagi. Dan di bulan puasa ini, mari jadikan facebook sebagai alat untuk meminta maaf dan saling memaafkan bagi kerabat kita yang jauh disana.

Oleh; Ajiez Mulya

0 komentar:

Posting Komentar