Rabu, 21 Oktober 2009

Melejitkan Potensi Akal

0 komentar
Dalam perputaran roda dunia,sering kita tidak menyadari akan pentingnya sebuah perubahan.baik dalam merubah potensi akal, atau merubah etika dan laun sebagainya. Coba kita mengkaca pada masa lalu, mayoritas di kalangan ummat islam banyak yang menekuni tradisi-tradisi intelektual yunani, terutama dalam bidang filsafat, guna memperdalam ilmu pengetahuan dan melejitkan potensi akal.

Pemikiran-pemikiran kaum muslimin dalam merubah peradaban jahiliah terus terjadi pada masa itu, meski sebelumnya telah muncul ilmuan-ilmuan terkemuka seperti; Aristoteles ,plato, dan plotinus. Hal itu , justru menjadi pemicu kaum muslimin di bidang filsafat. Bagi kaum muslimin, filsafat Yunani telah mampu merubah dan membantu mereka pada arah dan perubahan yang lebih baik. Karena mereka dapat memecahkan persoalan-persoalan global secara teoritis dan ilmu-ilmu agama yang menjadi poros dunia islam.

Dalam sejarah di sebutkan bahwa antara masa 801-871 telah muncul filosuf pertama dalam bidang saintis yang bernama Abu Yusuf Al-Kindi. Ia merupakan pendiri aliran filsafat paripatetik islam yang sangat di hormati. Dan pada masa itu ia dipandang sebagai tokoh yang arif dan bijaksana sebagai astronomi.

Sebagai saintis muslim, Al-Kindi telah berhasil memaparkan dan membukukan tentang ilmu-ilmu pengetahuan dalam bidang agama. Dalam hal ini, ia mengemukakan bahwa jiwa manusia memiliki tiga daya yang sangt esensial. Yaitu; daya bernafsu, dimana hal ini merupakan jihat paling besar ketika kita mampu memeranginya. Selanjutnya, daya pemarah, dan terakhir daya berfikir yang merupakan kelebihan-kelebihan manusia ketimbang mahluk yang lain.

Sekarang, kita harus berfikir bahwa daya pikir itu disebut pula sebagai akal. Dilihat dari fungsinya, akal mempunyai peran penting dalam mengkomando segala aktivitas manusia. Sehingga, tidak jarang orang-orang sukses mengemukakan bahwa “Akal adalah panduan yang tepat antara perasaan dan pikiran.” Sehingga mereka terdahulu mampu berpikir sehat, cermat dan akurat, dan pada klimaks persoalan mereka mampu membedakan antara yang haq dan yang batil.

Sosok saintis muslim seperti Yusuf Al-Kindi patut kita acungkan jempol, karena telah mampu mengklarifikasi potensi akal menjadi tiga macam, diantaranya; akal yang bersifat potensial, dalam kasus ini, mereka yang menggunakan akalnya secara baik, akan mampu memberikan mikanisme positif dalam mengembangkan potensi yang ada.

Selanjutnya, akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi actual. Gambarannya, mereka telah mampu merubah potensi dasar menjadi kenyataan. Dalam kejadian ini. Mereka banyak mencetuskan teori-teori dan menampakkan keberhasilannya dalam bidang ilmu. Sehingga mampu membawa reputasi dirinya kea rah yang lebih baik.

Terakhir, akal yang telah mencapai tingkat kedua di aktualitas. Maksudnya, mereka telah bisa membuktikan dan memberikan keyakinan dalam riset. Mereka mampu memaparkan dan dapat memberikan gambaran yang dapat di terima oleh khalayak umum. Kebanggaan semacam ini justru akan mampu merubah tatanan kehidupannya menjadi berarti dan menjadi ibroh bagi generasi-generasi selanjutnya.

Faktanya, dari tiga klarifikasi tersebut sering kita abaikan,remehkan, dan bahkan tidak pernah kita fikirkan bahwa, potensi mampu membawa pemiliknya menjadi orang sukses atau sebaliknya menjadi sampah masyarakat atau tikus-tikus berdasi yang tidak bermoral. Na’udzubillah……!.

Ridwan Hakim S Sukma
PP. Kebun Baru Palengaan

*) dimuat di Majalah KOPI Edisi 10 Versi Cetak 

0 komentar:

Posting Komentar