Senin, 12 Oktober 2009

Melawan Negara Serumpun

2 komentar
Keharmonisan Indonesia-malaysia selalu yang disebut sebagai negara serumpun mulai terusik lagi. Biangnya lagi-lagi Malaysia, yang sudah menyatakan diri saudara seumpun masih senang mengusik ketenangan Indonesia. Setelah berulang-ulang kali mengusik yang lebih menjuru pada pelecehan bangsa Indonesia, masih pantaskah semboyan “saudara serumpun/negara serumpun” kita pegang teguh sebagai keutuhan untuk tetap hidup berdampingan?

Ironisnya, kedua belah pihak antara Malaysia dan Indonesia yang tetap memegang jargon “saudara serumpun” selalu berseteru seolah-olah tak ada hentinya, selalu ada masalah yang timbul dari kedua belah pihak, dan sekarang rasanya lebih hangat, dengan klaim Malaysia terhadap tari pendet asal Bali.

Mulai dari kasus klaim Ambalat yang mungkin saja sudah direncanakan dengan baik oleh pihak pemerintah Malaysia untuk untuk memperluas wilayah kekuasaanya. Hingga kasus yang menimpa model terkenal kita Manohara dan sekarang klaim Malaysia terhadap tari pendet yang membuat geram para seniman Bali.

Atas semua klaim terhadap beberapa aset Negara Indonesia selama ini semua, berangkat dari kesengajaan Malaysia dan semua permasalah yang muncul terutama yang menimpa TKW kita selalu disebabkan oleh kelakuan dan sikap orang Malaysia yang telalu merendahkan harkat dan derajat orang Indonesia. Apakah semua ini sengaja diciptakan demi terjadinya perselisihan, sehingga ada kesempatan untuk merebut semua buday-budaya kekayaan Indonesia

Melihat tingkah Malaysia yang lebih berunsur pelecehan, penghinaan, dan tidak menghargai budaya bangsa lain pasti dalam hati ini kita marah, jengkel, dan sangat membenci Malaysia dengan semua aspek yang terdapat didalamnya. Atau memang sengaja Malaysia membuat kita marah dan jengkel dengan niatan memancing Indonesia, apakah Indonesia akan bertindak atas apa yang telah mereka lakukan atau tidak. Jika tidak melakukan tindakan semacam perlawanan yang berarti, Malaysia akan mengambil semua aset budaya kekayaan Indonesia.

Selama ini Malaysia telah membuktikan, beberapa pelecehan yang menyangkut hak asasi manusia hingga klaim kepemilikan sah Indonesia mereka akui sebagai miliknya. Buktinya, sejak era kemerdekaan Malaysia menghklaim bendera merah-putih adalah bendera meraka dan berlanjuta sampai sekarang tari pendet asal Bali dikalim budaya mereka.

Sebenarnya, Malaysia telah mengukur dan mengerti betul keadaan Indonesia, oleh karena itu Malaysia melakukan semua ini atas dasar perencanaan (yang tentunya dengan kesadaran) yang telah diperhitungkan akibat yang akan timbul dari semua yang akan dilakukan. Tentu Malaysia lebih memandang besar manfaatnya daripada akibat yang akan timbul dikemudian hari, karena melihat Indonesia yang lemah disegala bidang dan tak punya wibawa ketika berhadapan dengan Negara lain. Atau mungkin Malaysia mengambil kesempatan diantara scelah sifat setengah-setengah Negara kita dalam menangani sebuah permasalahan, tanpa ada tindakan yang tegas.

Kita telah dibuat malu oleh Negara tetangga yang katanya serumpun itu, lebih-lebih Negara. Kita dibuat emosi oleh ulahnya. Lalu, apakah kita hanya berdiam diri menyaksikan tayangan berita, manakala kita telah diusik, dihina, dilecehkan, digerogoti, dan diaduk-aduk oleh orang lain sehingga merendahkan harga diri kita. Apakah kita hanya bisa mengurut dada melihat ulah tetangga mengklaim berbagai budaya kita untuk kemudian diambil dan digunakan untuk kepentingan mereka sendiri?

Indonesia akan terus menjadi bulan-bulanan Malaysia jika terus-terusan seperti ini. Kita tahu selama ini Indonesia dan Malaysia telah sepakat mendirikan Eminent Group Person (EGP) pada Januari 2008 yang bertujuang saling menjaga kebudayaan masing-maing untuk tidak saling klaim diantara keduanya pascakonflik klaim Reog dan lagu Rasa Sayangi. Tapi, buktinya mana? Malaysia tetap saja mengklaim budaya asli milik Indonesia

Kita sebagai Negara kedaulatan, wajib memepertahan negeri ini dari pengaruh dan gangguan pihak asing. Setiap aset Negara sekecil apapun dan berbentuk apapun merupakan milik kita yang wajib dipertahankan, karena itu semua merupakan hasil jerih payah pendahulu kita, lebih-lebih pejuang kita yang telah membela negeri ini dengan segenap jiwa dan raganya.

Menekan Malaysia
Terlepas bagaimana permasalahannya, setiap ada upaya dari luar yang berusaha untuk mengklaim, mengusik atau mempengaruhi kedaulatan negeri tercinta ini, seharusnya kita patut bertindak lebih tegas lagi. Apalagi kalau sampai menghina harga diri bangsa, kita sebagai warga Negara Indonesia harus membela dan membuktikan bahwa kita masih lebih baik dari mereka.

Dalam kasus ini pemerintah seharusnya lebih tegas terhadap Malaysia mengingat kecerobohan Malaysia yang dengan seenaknya mencaplok kebudayaan kita. Pemerintah jangan hanya menanggapi dengan setengah hati tanpa adanya tindakan yang tegas. Pemerintah Indonesia jangan selalu mengandalakan diplomasi kekeluargaan, karena Malaysia akan tetap mengusik ketentraman Indonesia, seperti kasus-kasus sebelumnya.

Indonesia jangan takut kalau Malaysia mau membukakn semua perjanjian masalah TKI dengan Indonesia. Malaysia akan berpikir panjang untuk membekukan, karena TKI kita memberi kontribusi yang cukup besar tehadap pereokomian Malaysia.

Indonesia harus lebih menekan Malaysia supaya kejadian serupa tidak terulang lagi. Jangan ada kompromi saat melakukan diplomasi, Indonesia harus lebih menekan lagi terhadap Malaysia supaya sadar atas kecerobohannya selama ini. Dengan menekan Malaysia diharapkan bisa bersikap jujur dan mengakui atas klaimnya. Selain itu, Malaysia juga (harus) bersedia minta maaf pada Indonesia atas klaimnya terhadan tari pendet asal Bali tersebut.

Oleh; Ajiez Mulya

2 komentar:

Bahauddin Amyasi says:
14 Oktober 2009 pukul 20.03

Tulisannya menarik banget. Tulisan terkait juga bisa dibaca di Ketika Indonesia Kembali Dihujat.

Oya, kalau tidak keberatan, link saya (www.sejenak-kemudian.co.cc, tolong dibackling di blog ini. Salam...

KOPI says:
16 Oktober 2009 pukul 19.15

tenang...

Posting Komentar